Sejarah

Sepulang dari nyantri di Pondok Modern Darusalaam Gontor Ponorogo pada tahun 1964 KH Drs Muhammad Wahidan Alwy berazam untuk mendirikan pesantren ala Gontor di kampung halamannya Kadipolo Sendangtirto Berbah Sleman. Oleh ayahandanya RH Hakim Alwy beliau diijinkan untuk menggunakan tanah orang tuanya, akan tetapi disarankan untuk meminta restu dan dukungan seluruh kakak Beliau. Belum selesai menemui seluruh keluarga besarnya Beliau diminta membantu untuk merintis berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah di wilayah Berbah diantaranya SPG Muhammadiyah Berbah yang Beliau memimpinya sebagai Kepala Sekolah dari tahun 1974 sampai tahun 1988 meskipun status Beliau sebagai Guru Agama Islam Pegawai Negri Sipil di bawah Depag (Kemenag sekarang). Kemudian menjabat sebagai Pengawas PAI Kecamatan Kalasan selama 3 tahun.

Ketika masih memimpin SPG Muhammadiyah Berbah, tepatnya pada bulan Agustus tahun 1983 Beliau diminta oleh KHR Hisyam Syafi’i untuk ikut merintis berdirinya Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim di Gandu Sendangtirto Berbah Sleman, bahkan akhirnya mendapat amanah sebagai Kepala Madrasah Aliyah Ibnul Qoyyim setelah berakhir pengabdiannya di SPG Muhammadiyah Berbah dan Pengawas PAI. Hal itu berlangsung hingga masa pensiunnya.

Pada awal tahun 2000, keinginan mendirikan Pesantren seperti Gontor di Jogja kembali berkobar setelah mendapatkan arahan dari Al Marhum KH Abdulloh Syukri Zarkasy, MA (Pimpinan Pondok Modern Gontor ketika itu). Kemudian Beliau mengumpulkan beberapa sahabatnya untuk mendirikan yayasan dan mewakafkan sebagian tanah warisan dari orang tuanya di dusun Karangsari Gamelan Sendangtirto Berbah Sleman seluas 2500 m2 sebagai modal untuk mendirikan pesantren pada tanggal 31 Januari 2001 yang kemudian pesantren tersebut diberi nama Pondok Pesantren Raudhatus Salaam.

Untuk mendukung pendanaan proses berdirinya pesantren, pengurus yayasan memulai khidmat atau mengabdi kepada masyarakat dengan menyiapkan jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji dengan mendirikan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Hajar Aswad, bahkan mereka tidak hanya dibina dan disiapkan ilmu, mental dan kesiapan fisiknya untuk melaksanakan ibadah haji, tetapi diantar dan dibimbing untuk melaksanakan ibadah di tanah suci oleh pembimbing-pembimbing profesional yang disiapkan oleh pengurus. Sekembalinya dari tanah suci mereka tetap dibina untuk menjaga kemabruran hajinya dengan diadakan pengajian pembinaan sebulan sekali perombongan atau perangkatan. Dari pertemuan pembinaan rutin tersebut tumbuh semangat berinfaq untuk mendukung pembangunan sarana pesantren dan biaya pengelolaannya. 

Pada tahun 2003, pengurus mendapatkan wakaf masjid dari seorang muhsinin warga Dubai sebagai titik awal pembangunan pesantren dilokasi tanah wakaf yang terus diperluas atas dukungan dana dari para muhsinin utamanya jamaah haji dan umroh alumni KBIH Hajar Aswad. Seiring dengan tersedianya sarana dan prasarana asrama dan pendukungnya yang dibangun secara bertahap maka Pondok Pesantren Raudhatus Salaam mulai menerima santri pertama pada tahun 2007. Sejumlah 3 santri putra dari Jogja dan Brebes mengukir sejarah menjadi santri pertama yang mengawali menimba ilmu di pondok ini. Pada tahun-tahun berikutnya berdatanganlah santri dari berbagai pelosok negri ; Riau, Tanggerang, Bekasi, Brebes, Kebumen, Magelang, Klaten, Karanganyar, bahkan Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur disamping dari Yogyakarta sendiri untuk ikut menimba ilmu sehingga sampai sekarang (tahun ajaran 2021-2022) sebanyak 115 santri. 

Mereka belajar dengan kurikulum KMI Gontor (semua Ustad pengampu materi Pondok diambilkan dari alumni KMI Gontor) yang dipadukan dengan Kurikulum Diknas setingkat SMP. Dan alhamdulillah SMP Raudhatus Salaam mendapatkan nilai B+ ketika akreditasi pada tahun 2018.

Pada tahun 2018 mulai dibuka program lanjutan setingkat SMA dan meluluskan pertama kali pada tahun 2021 sejumlah 7 santri (3 putra dan 4 putri). Alumni angkatan pertama ini dibekali dengan berbagai kegiatan; pembinaan tahfidz, praktek mengajar, kewirausahaan (dengan belajar secara langsung pada para pelaku usaha alumni Bimbingan Haji Hajar Aswad) dan bagi yang putra dibimbing praktek Imam sholat, dan khutbah Jum’at. 

Program Tahfidz

Pada tahun 2018 mulai di buka program tahfidz berkerjasama dengan Pesantren Tahfidz Taruna Al Qur’an Yogyakarta dan berjalan sampai saat ini untuk membekali santri hafalan Al Qur’an. Kegiatan ini terus dievaluasi dan dikembangkan sehingga akhirnya dibuka program khusus untuk memberikan tempat bagi santri yang punya minat tinggi mengahafal Al Qur’an sampai hafal 30 juz dengan mutqin. Sementara bagi yang lainnya tetap dibimbing untuk mencapai target minimal 4 Juz ketika menyelesaikan pendidikannya di Pesantren.  

Baca Juga: