Jangan Buta Sejarah Kekejian G30S/PKI

  • Kamis, 29 September 2022
  • 839 views
Jangan Buta Sejarah Kekejian G30S/PKI

Yogyakarta – Raudhatus Salaam mengadakan acara Nobar (Nonton Bareng) pada Kamis Malam (29/9) di Lapangan Pondok Pesantren. Nobar G30S/PKI sudah menjadi kegiatan wajib yang diikuti oleh para Santri putra dan putri beserta para Asatidz Pesantren tepatnya pada setiap malam tanggal 30 September.

Santri Putra Nobar
Santri Putri Nobar

Di masa sekarang, peristiwa bersejarah ini memberikan banyak pembelajaran bagi generasi muda, terutama para santri beserta para kyai. Pemutaran ulang film G30S/PKI penting sebagai pengingat sejarah terutama untuk generasi milenial serta tidak menjadi polemik berkepanjangan di masyarakat. Penayangan film ini merupakan hal penting karena peristiwa G30S/PKI sudah menjadi bagian sejarah bagi bangsa, sehingga pemerintah perlu memiliki satu suara dalam menunjukkan bahaya dari komunis, dan gambaran bahwa tidak berlakunya sistem komunis di Indonesia.

PKI merupakan gerakan sosial politik yang menjadi ancaman bagi negeri ini. Partai yang menganut ideologi Marxisme-Komunis ini ingin mengganti ideologi Pancasila. Meletusnya peristiwa Madiun pada 18 September 1948 merupakan usaha ideologi sosialis kiri untuk mewujudkan Negara Komunis Indonesia.

Untuk melancarkan tujuannya menguasai karesidenan Madiun, PKI terus melakukan pembunuhan-pembunuhan terhadap tokoh-tokoh penting. Bahkan, para Ulama, Santri, dan para pemimpin partai islam Indonesia ditangkap dan dibunuh. Tragedi pembantaian PKI menjadi catatan kelam dalam sejarah yang menimpa kaum Santri dan Ulama. Salah satu yang menjadi incaran PKI adalah Ponpes Cokrokertopati Ibnu Sabil, Magetan. Yang mana Pondok tersebut dikenal sebagai basis Masyumi. Disana juga para tokoh Masyumi, para Ulama serta Santri berkumpul.

Monumen Soco Madiun merupakan sebuah monumen yang dikenang masyarakat sebagai simbol kebrutalan PKI membantai para Santri dan Ulama yang kemudian dibuang tepat di bawah monumen tersebut. Setelah menghabisi para Santri dan Ulama yang di Magetan, berpindahlah penyerbuan mereka ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Kyai imam Zarkasyi dan Kyai Ahmad Sahal selaku pimpinan Ponpes Gontor, bermusyawarah dengan Ghozali Anwar dan Shoiman Lukmanul Hakim sebagai santri seniornya. Dari musyawarah tersebut, diketahui melawan bukanlah sesuatu yang mungkin. Satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah dengan cara mengungsi. Para PKI betul-betul datang dan langsung memporak-porandakan gubuk asrama hingga rusak. Buku-buku santri dibakar habis. Peci dan baju yang tidak dibawa juga mereka injak-injak serta membakar sarana peribadatan.

Bung Karno pernah berkata “’JasMerah, jangan sekali kali melupakan sejarah, Karena itu, kita haruslah faham bagaimana pengkhianatan dan kekejaman yang dilakukan PKI kepada bangsa indonesia, Cegah Pemikiran PKI!”

Dari peristiwa ini kita bisa belajar bahwa “Tuhan tidak mengubah nasib suatu bangsa sebelum Bangsa itu mengubah nasibnya Sendiri”. Para Santri juga harus belajar bahwa sebagai penerus dan pejuang islam, jangan pernah melihat masa depan dengan buta, kita harus pergunakan peristiwa masa lampau yang dapat dijadikan kaca benggala pada masa yang akan datang,

seperti perkataan Presiden Indonesia  “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggal pada masa yang akan datang” – Bung Karno.

Penulis : Khuurum Maqsuuraat

Santri dan Asatidz Nonton G30S/PKI Bersama

Sebagian sumber diambil dari dnak tv